Melapangkan Kesulitan Orang Lain





Manusia adalah makhluk yang hidup secara bermasyarakat. Tidak ada manusia yang mampu memenuhi semua kebutuhannya sendiri. Sekadar makan pun ia butuh nasi dan nasi itu berasal dari padi yang ditanam oleh petani. Siklus ini ibarat rantai kehidupan yang saling melengkapi. Sayangnya, banyak orang yang hanya mementingkan diri sendiri. Ada yang hanya mau membantu karena
pamrih.


Allah menasihati dalam Al Quran, "Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Almaidah: 2)

Abu Jahm Hudzaifah ra., meriwayatkan "Saat perang Yarmuk, saya mencari saudara sepupu yang ikut berperang. Saya membawakan satu kendi air untuknya. Setelah menemukannya, saya akan memberinya minuman itu. Namun, ada rintihan seseorang yang tak jauh dari saudara sepupu saya. Dengan isyarat saudara sepupu saya meyuruh agar air itu diberikan kepada orang yang nyaris meninggal tersebut. Ketika saya mendekatinya, di tempat yang berdekatan dengannya ada orang yang merintih kehausan minta air.


Orang itu adalah Hisyam bin Abil 'Ash. Saat saya mendatangi orang itu, ternyata ia telah meninggal. Akhirnya saya bawa kembali air itu kepada Hisyam ra., namun Hisyam juga meninggal. Langsung saya bawa air itu ke sepupu saya. Ternyata ia juga meninggal."


Begitulah sikap peduli diantara mereka. Peristiwa tersebut layak menjadi pembelajaran bagi kita. Bila kita membiasakan diri menolong dan membantu urusan orang lain serta melayaninya secara ikhlas, yakinlah bahwa suatu ketika Allah pasti akan menolongnya. Hal ini sebagaimana janji Rasulullah saw., yang diriwayatkan Abu Hurairah ra.

Rasulullah saw., bersabda, "Barangsiapa melapangkan seorang mukmin dari sebuah kurbah (kesulitan) dunia, niscaya Allah melapangkannya dari kurbah pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan seorang yang dalam kesulitan (membayar utang), niscaya Allah memudahkannya di dalam (urusan) dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup (aib) seorang muslim, niscaya Allah menutupi (aibnya) di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hamba-Nya, selama hamba itu menolong saudaranya." (HR. Muslim)