Menghayati Kehidupan Penuh Warna



HASRAT manusia acapkali tak mau kompromi. Keinginan yang melambung tak terbendung. Lumrah. Tetapi setiap orang harus sadar potensi. Tidak melulu melihat ke atas. Ada saatnya melirik ke bawah. Berempati kepada orang-orang yang terus berjuang demi memenuhi kebutuhan paling dasar.

Masih banyak yang berdarah-darah demi meraih uang untuk sekadar bisa makan. Sedangkan kehidupan kita, boleh jadi, jauh lebih baik. Tengoklah ke bawah. Nikmat apa lagi yang kita dustai?

Tempo hari, saat Car Free Day berlangsung di pusat Kota Tasikmalaya, sempat berbincang dengan Pak Tatang (70). Sehari-hari bekerja sebagai buruh tani, dengan upah Rp 10.000 sehari. Itu pun bila ada yang membutuhkan tenaganya. Saat musim kemarau panjang, Pak Tatang pun termasuk yang terkena imbas.

Terpaksa harus membanting tulang demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Kalau mengandalkan jadi tukang buruh tani, bakalan tidak cukup, kan buruh tani itu dibutuhkan pada saat padi mulai menguning atau saat mau menanam padi," ujar Pak Tatang.

Kerutan di wajah tidak bisa berbohong. Menyiratkan perjalanan hidup yang dilewati. Dia membawa balon warna-warni di bawah terik matahari.