Menghargai Waktu Dan Kesempatan Untuk Beramal







Waktu atau masa adalah perkara yang paling berharga dalam kehidupan seorang hamba. Bukan karena dzat yang menjadikannya terasa mulia, melainkan kedudukannya dalam pandangan manusia. Hidup manusia tak bisa lepas dari waktu, bahkan waktu baginya ibarat hamparan alam yang menjadi ladang amalannya.

Karenanya menyia-nyiakan waktu dan kesempatan dari beramal adalah sebuah kerugian dan kecelakaan besar, yang hanya akan menimbulkan berbagai kemaksiatan dan kelalaian setelahnya.

Bagaimana tidak rugi, sedangkan Allah dan Rasul-Nya menyeru didalam Al-Qur’an untuk bersegera melaksanakan kebaikan dan sekali-kali jangan sampai kebaikan itu disia-siakan. Allah berfirman,

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kamu menuju ampunan dari Tuhanmu dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (QS. Al ‘Imran 3 : 133)

Bagaiman tidak celaka, sedangkan waktu dan kesempatan adalah sesuatu yang akan ditanyakan dan dimintai pertanggung jawaban diakhirat. Rasulullah bersabda,

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ

“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi no. 2417, dari Abi Barzah Al Aslami. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)