Tahan Amarahmu, Dan Maafkanlah






Dalam berinterakasi dengan teman, kerabat, dan saudara terkadang terjadi ketidaksengajaan melukai, gesekan, bahkan pertengkaran. Oleh karenanya diperlukan kelapangan jiwa dan keluasan hati untuk saling memahami dan memaafkan.
Betapapun luka telah tertanam, mereka adalah saudara. Bukan hanya saudara karena berhubungan darah, tetapi lebih dari itu mereka adalah saudara seimanan kita. Ikatan aqidah lebih hebat dan tinggi nilai persaudaraannya.
“Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan,” (surah Ali Imran, 3: 134)
"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh". (surah al-A’raf, 7: 199)
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya kelembutan jika ada dalam sesuatu, maka akan membuat sesuatu menjadi indah. Namun jika kelembutan itu lepas, maka akan membuat sesuatu jadi jelek.” (HR. Muslim, no. 2594)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ada seorang Arab Badui kencing di masjid. Orang-orang kemudian marah ingin memukulnya, Rasulullah SAW ketika itu malah mengatakan, “Biarkan dia. Siramkan saja pada kencingnya seember air. Sesungguhnya kalian diutus untuk dipermudah, bukan untuk mempersulit.” (HR. Bukhari, no. 220, 6128)
Maafkanlah saudara kita...
Maka berkat rahmat dari Allah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka. (surah Ali Imran, 3: 159)
Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah mengatakan, “Rasulullah ﷺ tidak pernah memukul apa pun dengan tangannya. Ia juga tidak pernag memukul istri-istrinya dan hamba sahayanya. Kecuali, apabila beliau berjihad di jalan Allah. Dan ketika beliau disakiti, beliau sama sekali tidak pernah membalas orang yang menyakitinya, kecuali bila apa yang telah diharamkan Allah Ta’ala itu dilanggar; maka beliau membalas karena Allah Ta’ala.” ( HR. Muslim, no. 2328)
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “Seolah-olah aku masih dapat melihat Rasulullah SAW ketika beliau menceritakan seorang nabi dari para nabi, yaitu ketika nabi tersebut dipukul oleh kaumnya hingga menyebabkan keluar darahnya dan nabi itu mengusap darah tersebut dari wajahnya sambil berdo’a, “Ya Allah, ampunilah kaumku karena mereka itu tidak mengetahui.” (HR. Bukhari, no. 3477; Muslim, 1792).