Tak Seperti Yang Dibayangkan



Pengelana itu mengaku bernama Syafar. Sudah dua hari dia menumpang tinggal di masjid kota. Penampilan Syafar yang lusuh membuat warga resah. Mereka khawatir jika Syafar adalah pencuri yang sedang mengintai sasaran. Setiap pagi, Syafar berkeliling melihat-lihat kota. Sorenya, ia kembali ke masjid untuk berdoa dan berzikir. Itu saja kerjanya, itu pula yang membuat warga semakin yakin bahwa syafar sedang mencari sasaran pencurian.

“Wahai Ali, warga semakin resah dengan kehadiran Syafar. Mengapa kau masih biarkan pengelana itu menetap di kota kita?” protes Abu sebagai perwakilan warga.

“Janganlah kau berburuk sangka, wahai Saudaraku. Belum tentu Syafar itu seorang pencuri. Ibadahnya rajin dan taat, tak lepas dari zikir dan doa,” kata Ali yang memang penanggung jawab masjid membela Syafar.

“Tapi lihatlah pakaiannya yang lusuh dan tidak pantas, juga kegiatannya berkeliling kota. Sungguh mencurigakan,” Abu bersikeras.

“Astaghfirullah, Abu. Jangan pernah kau menilai seseorang dari penampilannya. Lagi pula, pengelana itu tidak pernah menyusahkan kita,” Ali mengingatkan Abu.

Abu pulang dengan kecewa. Amanat warga untuk mengusir Syafar tidak bisa dilaksanakan. Hari terus berganti. Si pengelana masih melakukan hal yang sama. Berjalan hingga ke sudut kota, lalu kembali berzikir dan berdoa. Hingga tiba-tiba, pada hari kedelapan, pengelana itu pergi tanpa meninggalkan jejak. Tak ada yang tahu kapan dia meninggalkan kota. Syafar benar-benar hilang bagai ditelan bumi.

Bersamaan dengan hilangnya sang pengelana, warga-warga miskin dikejutkan dengan penemuan kantong kain yang berisi beberapa logam emas di depan pintu rumah mereka. Di masing-masing kantong ada tulisan.

“Ini rezekimu dari Allah Swt., gunakanlah sebaik-baiknya.”

Ratusan warga miskin yang mendapatkan kantong kain itu bersyukur tak henti-hentinya kepada Allah SWT. Entah siapa dermawan yang baik hati dan mau membantu membagikan hartanya kepada warga miskin di kota itu.

Di bukit seberang kota, Syafar menyaksikan kegembiraan itu dari jauh. Kantong kain kumalnya kini jauh lebih ringan. Senyum bahagia mengembang dari bibirnya. Penyamarannya berhasil. Ya, Syafar sebenarnya adalah seorang saudagar kaya dari kota seberang.

“Satu dari tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari akhir adalah seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya pun tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.”