Jadikan Dunia Jembatan Menuju Akhirat









"Sesunggunya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya. Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (pengingkarannya). Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta" (al 'Aadiyat: 6-8).
“Ibarat seorang haus yang meminum air laut, semakin diminum akan semakin mendatangkan rasa haus", ungkapan sederhana menggambarkan jatuh-bangunnya kita dalam mencari kenikmatan duniawi. Kehidupan ini sama seperti asap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Banyak kita berharap untuk hidup di dunia ini selamanya. Setiap hari kita hanyalah sibuk dengan urusan-urusan dunia ini dengan segala fatamorgananya. kita lupa semua ini akan berakhir dan setiap kita kembali kepada Khaliqnya untuk mempertanggungjawabkan sepak terjang selama kita hidup di dunia. Perjalanan hidup yang tidak begitu lama, tapi sangat menentukan. Sa’adah (kebahagiaan) dan syaqa’ah (kesengsaraan) merupakan buah kehidupan ini. Dunia ini tak akan pernah mendatangkan kebahagian final. Kita yang memburu kepuasan dengan dunia semata, justru akan semakin tidak puas, yg akhirnya kita mengingkari nikmat-Nya.
Dunia merupakan jembatan bagi kita menggapai akhirat, tapi sayang acap kali kita menjadikan jembatan itu sebagai tujuan. Padahal Qur’an menuntun kita agar mampu memposisikannya sehingga akan jelas arah yang hendak dituju, dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. Kekeliruan dalam melihat kehidupan ini menjadikan kita keliru dalam mengarungi kehidupan itu sendiri. Berbagai penderitaan yang menimpa kita disadari atau tidak, adalah akibat langsung dari kesalahan dalam menjalani kehidupan yang merupakan buah langsung dari persepsi yang salah terhadap kehidupan itu sendiri.
Kehidupan tanpa dinaungi oleh sinar wahyu Ilahi adalah kehidupan hampa tanpa makna. Untuk itu Allah memanggil umat ini untuk meraih kembali kehidupannnya yang hakiki lewat ajaran al Qur'an: "Wahai orang yang beriman, penuhilah ajakan Allah dan rasulNya jika kamu diajak kepada kehidupanmu" (Al Anfal:24)
Di saat kita berbicara tentang peradaban, kita sebenarnya berbicara tentang kehidupan kita sendiri. Peradaban adalah kehidupan kita secara menyeluruh, dalam segala aspeknya dan Al Qur'an pun datang untuk memberikan petunjuknya dalam upaya membangun peradaban itu sendiri.
Al-Qur’an bukan sekedar membentuk pandangan hidup yang menggerakkan peranan akal dan pemikiran rasional, namun juga mencakup revolusi ruhaniah dan aqliyah yang juga kemudian menggerakkan transformasi sosial, yaitu secara berangsur-angsur meletakkan asas susunan baru demi kemuliaan derajat manusia. "Dan jika datang kepadamu petunjuk dariKu, maka barangsiapa yang mengikut petunjukKu, maka atas mereka tiada takut dan sedih. Tapi mereka yang mandustakan ayat-ayatKu, merekalah ahli "Neraka", mereka kekal di dalamnya (Al Baqarah: 38-39).
Disisa umur yg dianugerahkan-Nya jangan kita lalai kembali kepada tuntunan Al-Qur'an dan menjadikan dunia hanyalah jembatan menuju akhirat.
Wallahu 'alam