HIjrahnya Seorang Artis



Kafilah orang-orang bertaubat akan terus berjalan. Hiruk-pikuk dan teriakan orang-orang yang mencoba rnenghalangi mereka sama sekali tidak mengganggu mereka. Mereka seperti mengatakan: “Jika anjing itu tidak bisa mencelakakanmu kecuali dengan gonggongannya, maka biarlah ia bergonggong hingga hari Kiamat.”

Ini adalah kisah seorang artis terkenal bernama Aisyah Hamdi. Berikut ini, ia mengisahkan bagaimana perjalanannya berhijrah dari alam kegelapan menuju cahaya.

Alhamdulillah. ltulah satu-satunya kata termanis yang kutemukan. Tidak ada yang lebih manis darinya sekarang ini untuk aku ulang-ulangi di lidahku. Ada begitu banyak gosip sejak lama tentang niatku untuk keluar dari dunia selebriti dan mengenakan hijab. Namun yang sebenarnya terjadi adalah bahwa sejak 1,5 tahun aku menyaksikan sebuah mimpi yang maknanya adalah bahwa Allah memintaku untuk membuka sebuah buku lalu membacanya.

Maka aku pun berulang kali menghadiri majlis ilmu di masjid-masjid dan membaca buku-buku agama dengan penuh semangat. Di tengah itu semua, ide untuk berhijab terus mendatangiku. Tapi aku tidak punya keberanian yang cukup untuk mengambil langkah ini.

Ketika akhirnya kesempatan itu datang, aku pun menangkapnya baik-baik. Saat itu adalah hari Jum’at. Sudah menjadi kebiasaanku untuk menangis tersedu-sedu saat mengerjakan shalat Jum’at. Aku tidak tahu apa penyebabnya. Itu hanya sekedar sebuah kebiasaan. Aku seringkali menangis dalam shalat-shalatku. Tapi shalat Jum’at secara khusus memancing kesedihan dalam jiwaku.

Dan pada suatu Jum’at, aku menemukan diriku begitu banyak doa setelah shalatku. Aku menemukan lidahku terus memuji Allah Azza wa Jalla, dan tanpa kusadari terus mengulangi doa: “YaAllah, berikanlah aku taufik untuk melakukan yang terbaik untukku”

Aku terus mengulangi doa ini hingga puluhan kali. Lalu sebuah gelombang tangisan menyelimutiku. Aku pergi ke alam yang luas, yang semuanya hanyalah cinta Allah. Aku memegang mushaf lalu membukanya. Dan tiba-tiba kedua mataku tertuju pada ayat mulia yang berbunyi:

“Katakanlah: hai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk kaliàn semua, yang kepunyaanNya kerajaan Langit dan bumi. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia. Diá menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kalian kepada Allah dan RasulNya, sang Nabi yang ummi; yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimatNya. Ikutilah ia agar kalian mendapatkan petunjuk” (QS. Al-A’raf: 158)

Aku merasakan sebuah getaran mengguncang dalam diriku. Aku menuntaskan membaca surah yang mulia itu hingga selesai. Dan seiring dengan ayat terakhir yang aku baca, aku pun memantapkan keputusanku untuk mengenakan hijab dan meninggalkan dunia selebriti. Aku ingat betul bahwa pada malam itu aku tidak tidur. Aku seperti tertanik oleh sebuah kondisi terjaga yang tidak biasanya.

Aku hilang kesadaran selama sesaat. Kemudian aku tersadar ketika tiba waktu shalat Subuh. Anehnya, sejak aku mendapatkan hidayah, aku selalu bangun tepat di waktu shalat Subuh, padahal sebelumnya aku tidur hingga pertengahan siang.

Dan sekarang. Aku sungguh berada di puncak kebahagiaan, karena Allah telah memuliakanku dan menuntunku kepada cahaya kebenaran. Alhamdulillah, aku telah mengambil keputusan ini di waktu yang tepat.

Aku sengaja meninggalkan dunia film karena aku memang ingin menjauhi semua gemerlap dan popularitas. Aku ingin bertemu Allah tanpa membawa dunia yang sementara. Seperti yang hari ini sangat laris di dunia hiburan, mempermainkan syahwat, kekerasan, tindakan-tindakan bodoh, komedi murahan. Sayang sekali, yang semacam inilah yang laris!!

Dan menjawab isu yang disebarkan sebagian orang bahwa kebanyakan para selebriti yang bertaubat itu karena mendapatkan uang dari pihak-pihak yang tidak jelas (!!!) Sebagai upah atas taubatnya, maka ‘Aisyah menjawab: “Hasbiyallahu wa ni’mal wakil. Ini tidak benar. Motivasi kami untuk meninggalkan dunia itu jauh lebih tinggi dari semua nilai-nilai materialism. Kami memilih jalan ini karena ia memberikan kami keridhaan dalam jiwa kami.”

Tentang upayanya dalam dunia dakwah, ia mengatakan: “Sebenarnya aku masih di permulaan jalan. Aku masih butuh banyak sekali ilmu tentang agamaku. Namun rasa manis yang kini aku rasakan, serta perasaan ridha dan bahagia yang kurasakan, aku selalu berusaha untuk memindahkannya kepada semua orang yang ada di sekelilingku.

Meskipun wawasan agamaku masih sederhana, namun dengan sangat mudah aku dapat berbicara dengan kaumku tentang persoalan-persoalan mendasar tentang Islam dan iman.

Aku dapat menyampaikan kepada mereka sedikit demi sedikit apa yang aku baca dan pelajari. Aku berusaha menjelaskan kepada mereka bahwa berhijab merupakan kewajiban dan perintah ilahi, sama saja dengan shalat, puasa dan zakat. Tidak penlu didiskusikan atau ragu-ragu.

Alhamdulillah, karena Dia telah mengaruniakanku kemampuan untuk memuaskan orang dengan penjelasanku. Tidak ada kalimat yang dapat menggambarkan perasaanku ketika dalam satu majlis, penjelasanku menjadi sebab seorang ukhti memutuskan untuk berhijab.

Aku memohon kepadaNya agar menjadikanku sebagai teladan yang baik dalam berdakwah, sebagaimana sebelumnya aku menjadi idola banyak wanita di bidang seni.