Di kota Baghdad ada seorang dermawan bernama Ayub. Setiap hari rumahnya dipenuhi pengemis yang meminta sedekah. Sampai suatu hari, dia ditegur oleh istrinya.
“Rupanya para pengemis merasa dimanjakan oleh kebaikanmu,” kata Zaenab sedikit terganggu.
“Apa maksudmu?” tanya Ayub heran.
“Setiap hari mereka meminta, setiap hari juga kau memberi. Mereka menjadi malas dan keenakan,” jelas Zaenab.
“Istriku yang cantik, bersedekah tidak akan mengurangi harta kita,” kata Ayub sambil tersenyum.
“Jika sedekah kita membuat mereka malas, bukankah tidak bermanfaat?” tanya istrinya.
Ayub mulai memikirkan kata-kata istrinya. Seperti biasa, para pengemis telah datang ke rumah Ayub.
“Tolonglah, Tuan. Hari ini aku belum makan. Berilah sedekah dan semoga pahala melimpah untukmu.”
Ayub tersenyum dan memberikan sedekahnya berupa tiga dirham, “Belilah makanan dan semoga perutmu kenyang.”
“Terima kasih, Tuan. Semoga Allah membalasnya,” kata si pengemis.
“Terima kasih atas doanya,” sahut Ayub.
Keesokan hari, para pengemis datang kembali, “Tolonglah Tuan, hari ini aku belum juga makan.”
Seperti biasa, Ayub memberikan sedekahnya. Hingga hari keempat, Ayub memiliki rencana lain. Pagi itu, Ayub pergi ke pasar untuk membeli banyak barang dagangan.
“Untuk apa barang-barang itu suamiku?” tanya istri nya heran.
Ayub tidak menjawab. Menjelang siang, para pengemis mulai berdatangan ke rumahnya.
“Wahai Tuan yang dermawan, aku dan keluargaku belum makan, berilah kami sedekah,” kata si pengemis.
Ayub memberikan sekotak dagangan kepada pengemis.
“Apa ini, Tuan?”
“Sahabatku, kali ini aku tidak memberimu sedekah berupa uang. Aku hanya memberimu beberapa barang dagangan yang bisa kau jual. Sekarang kau bisa memiliki sumber penghasilan tanpa menjadi pengemis lagi. Berlajarlah untuk berusaha dan tidak menggantungkan perutmu serta keluargamu dari sedekah. Sebab tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah,” kata Ayub sambil tersenyum.
Pengemis itu terharu dengan apa yang dikatakan Ayub. Sejak itu, tidak ada pengemis lagi ke rumah Ayub. Mereka semua telah memiliki sumber nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
“Sesungguhnya, Allah Ta’ala senang melihat hamba-Nya bersusah payah (lelah) dalam mencari rezeki yang halal.” –HR AD-DAILAMI