Nilai Segelas Air



Ayat ini merupakan ayat populer. Kerap dikutip orang saat menyatakan betapa pentingnya eksistensi air. Tidak satu pun makhluk hidup di dunia ini yang tidak butuh air. Bahkan komponen terbesar dalam tubuh manusia dan banyak makhluk lainnya adalah air.

Air merupakan nikmat yang tiada ternilai. Proses sebuah air hingga bisa dinikmati oleh manusia sering digambarkan oleh Allah Swt. Dalam ayat-Nya dengan skema yang tidak main-main. Negeri kering nan tandus, kemudian Allah Swt. Kumpulkan debit air dalam sebuah wadah terbang-bergerak bernama awan. Lalu awan tersebut ditiup dan digiring menuju
Negeri yang Allah Swt. Kehendaki. Maka atas izin-Nya hujan pun turun membawa ribuan ton debit air. Membasahi bumi, lalu setelah itu manusia menggunakan untuk minum, mencuci, mandi, masak dan lain-lain. Duh, andai saja manusia menyadari proses ini, pasti mereka wajib bersyukur.

ٲفرٲيتم الماءالذي تشربون.ءٲنتم ٲنزلتموه من المزن ٲم نحن المنزلون. لونشاءجعلناه ٲجاجافلولاتشكرون

“Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan atau Kamilah yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dai asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur.” (Al-Waqi’ah [56]:67-70)

Seorang raja bernama Harun A-Rasyid sedang dalam sebuah perjalanan melintas sebuah gurun pasir menunggangi unta. Bersamanya seoran lelaki bijak sang penasehat raja bernama Ibnu As-Samak. Perjalanan panjang di siang yang panas. Terik matahari membuat dehidrasi dan sang khalifah pun kehausaan. Pada satu tempat yang teduh, Harun Ar-Rasyid menepi. Disuruhnya As-Samak untuk menggelar tikar dan membawa minuman unuknya.

Ibnu As-Samak menggelar tikar untuk sang raja dan menuangkan segelas air untuknya. Saat gelas sudah terisi oleh air, lalu Ibnu As-Samak berujar, “Khalifah…, dalam kondisi panas dan ternggorokan kehausan seperti ini, andaikata bila kau tidak mendapatkan air untuk minum kecuali dengan harus mengeluarkan separuh kekayaanmu, sudikah engkau membayar dan mengeluarkannya?”

Hari terik dan panas mencekat kerongkongan, tanpa pikir panjang khalifah Ar-Rasyid menjawab, “Saya bersedia membayarnya seharga itu asal tidak mati kehausan!”

Usai mendengarnya, Ibnu As-Samak memberikan segelas air itu dan khalifah pun tidak lagi kehausan.

Ibnu As-Samak lalu duduk di sisi khalifah Harun. Sejurus kemudian Ibnu As-Samak melontarkan pertanyaan lagi, “Khalifah, andai air segelas yang kau minum tadi tidak keluar dari lambungmu selama beberapa hari tentuklah amat sakit rasanya. Perut jadi gak keruan dan semua urusan jadi berantakan karenanya. Andaikata bila kau berobat demi mengeluarkan air itu dan harus menghabiskan separuh kekeyaanmu lagi, akankah kau sudi membayarnya?” mendengar itu, sang khalifah merenungi kondisi yang disebut oleh Ibnu As-Samak.

Seolah mengamini maka khalifah menjawab, “Saya akan membayarnya meski dengan separuh harta saya!”

Mendengar jawaban dari sang khalifah, maka Ibnu As-Samak sang penasehat raja yang bijak kemudian berkomentar, “O…, kalau begitu seluruh harta yang tuan khalifah miliki itu rupanya hanya senilai segelas air saja!”

Saudaraku…,
Ramadhan sebentar lagi akan kita jelang. Di sana selama beberapa hari Anda akan merasakan betapa segelas air akan menjadi tiada ternilai harganya. Setelah menahan haus dan lapar sehari penuh. Saat waktu ifthar menjelang, maka segelas air putih pun akan menjadi sesuatu yang bermakna. Saat air putih membasahi tenggorokan yang kering dan kehausan, maka Anda pun akan bersyukur kepada Allah Swt. dengan suara lantang dengan lantunan doa,

اللهم لك صمت وبك آمنت وعلى رزقك ٲفطرت برحمتك يآٲرحم الراحمين

“Ya Allah hanya untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman dan atas rezeki-Mu aku berbuka dengan rahmat-Mu, wahai zat yang Maha Penyayang di antara para penyayang.”

Di bulan Ramadhan, segala nikmat menjadi indah terasa, demikian juga nikmat seteguk air. Alangkah bagusnya bila ini terus berlangsung sepanjang masa.

Puji syukur untuk-Mu ya Rabb!