Sampai Matahari Pun Bisa Ditahan



Suatu ketika, Nabiyullah berperang untuk membuka sebuah desa. Nabi ini Yusya’ bin Nun, slah seorang Nabi bani Israil. Beliau ini menyertai Musa dalam kehidupnya. Dia menemui Musa dlam perjalananya kepada Khidhir sebagimana dijelaskan dalam kisah Musa dan khidhir, Allah memberinya wahyu setelah Musa wafat dan Musa mengangkatnya sebagi penerusnya di Bani Israil. Dialah pemimpin yang berkat jasanya tanah suci bisa direbut.

Nabiyullah Yusya berusaha supaya pasukanya menjadi pasukan yang kuat di tangguh. Oleh karenanya, dia menyortir prajurit yang menjadi biang kekalahan, karena hati mereka lebih disibukkan oleh perkara dunia yang membelenggu hati dan pikiran mereka. Yusya’ mengelurkan tiga kelompok prajurit yang tidak diizinkannya berangkat. Mereka:

1. Kelompok pertama, orang yang telah berakad nikah tetapi belum menyentuh istrinya. Kelompok ini tidak diragukan pastilah sangat tergantung batinya dengan istri, lebih-lebih jika dia masih muda.

2. Kelompok kedua, orang yang sibuk membangun rumah  dan belum menyelesaikan bangunannya.

3. Kelompok ketiga, orang yang membeli unta atau domba bunting sementara dia menantikan kelahirannya.

Prinsip yang dipegang oleh Nabi ini menunjukkan bahwa dia panglima unggul, pemilik taktik jitu dalam memimpin dan menyiapkan bala tentara sehingga kemenangan bisa terwujud prajurit tidak menang dengan jumalh besarnya, akan tetapi dengan kualitas. Ini lebih penting dari pada jumlah dan kuantitas.

Karenanya, Yusya’ mengeluarkan orang-orang yang berhati sibuk dari pasukannya, yakni orang-orang yang badannya di medan perang tetapi pikirannya bersama istrinya yang belum disentuh, rumah yang belum diselesikan, atau ternak yang ditunggu kelahirannya.

Apa yang dilakukan oleh Yusya’ mirip dengan apa yang dilakukan oleh Thalut ketika melarang pasukannya untuk minum dari sungai keculai orang menciduk air dengan tangannya. Saat itu dari mereka yang minum. Thalut memberesihkan pasukannya dari unsur-unsur pelemahan yang menjadi titik kekalahan. Allah menyampaikan kepada Rasul-Nya bahwa mundurnya orang-orang munafik di perang Uhud mengandung kebaikan bagi orang mukmin.

Dengan pasukanya Yusya, berangkat ke kota yang hendak ditaklukannya. Dia mendekati kota kota tersebut. Dia harus menghentikan perang begitu matahari terbenam, karena setelahnya berarti sudah sabtu, dan perang haris hukumnya haram bagi bani israil. Dia harus mundur dari kota itu sebelum merebutnya, dan ini berarti member peluang kepada pendududk kota untuk memperkuat pasukannya, memperbaiki bentengnya dan menambah kekuatan selanjutnya.

Yusya’ menghadap matahari dan berkata kepadanya, “kamu diperintahkan untuk berputar, sedangkan aku diperintahkan untuk berperang.” Kemudian Yusya’ berdo’a kepada Allah, “ Ya Allah tahanlah ia untuk kami.” Allah mengabulkan permintaannya dan menunda terbenamnya matahari hingga kemenangan terwujud kekuatan Do’a. hingga matahari pun bisa tertahan.