Bau Kerbau



Ratna nama wanita itu dan dia mengaku namanya bermakna kelembutan dan kehalusan. Namun, mulutnya yang kasar dan lidahnya yang tajam justru bertolak belakang dengan ucapannya.
Sebetulnya ibu tiga anak itu murah senyum dan terbilang ramah, hidupnya juga berkecukupan. Di kantor, posisinya lumayan mentereng, walaupun kemampuannya tidak memadai untuk posisi bagus itu.

Hal yang negatif dari Ratna adalah mulutnya yang senang mengumbar kata-kata kasar. Dia selalu menemukan kekurangan orang lain untuk dijadikan bahan olokan. Ratna dengan entengnya mengejek teman perempuan sekantornya berperut gendut. Salah seorang teman laki-lakinya dikatai bau seperti kerbau. Pesuruh kantor yang bergaji kecil dan bertubuh kecil, tiap sebentar diomeli sebagai pemalas. Bendahara perusahaan pun tak kalah pedih mendapat tudingan korupsi.

Di kantor, Ratna selalu hadir sebelum jam masuk kantor. Bukan, bukan karena dia karyawan yang rajin, namun karena ingin bergosip dulu sebelum mulai bekerja. Suatu hari, seperti biasa Ratna datang lebih pagi. Ternyata yang datang setelah dirinya adalah seorang karyawan laki-laki. Tapi hal itu tidak membuat Ratna mengurungkan niatnya. Dengan sukarela Ratna membuatkan secangkir teh hangat. Pria itu tersanjung dengan keramahan dan senyuman Ratna. Berikutnya, Ratna mulai bercerita, lebih tepatnya bergosip tentang seorang rekan perempuan yang berperut gendut.

Karena tidak enak sudah dibuatkan teh hangat, temannya terpaksa mendengarkan omongan Ratna. Ratna memang menemukan kesenangan jika berhasil membongkar aib orang. Bahkan dia sering memfitnah, menuduh tanpa dasar sama sekali.

Sedang asyik bergunjing, tiba-tiba pintu kantor terbuka, teman perempuan yang sedang digunjingkan tiba. Tanpa menunjukkan rasa terkejut, apalagi bersalah, Ratna berseru girang, “Hei...! Selamat pagi! Aduuuuhhh... kau cantik sekali!”

Teman laki-laki Ratna pun segera meninggalkan mereka berdua karena sudah tidak tahan mendengarkan Ratna. Sementara itu, Ratna meladeni teman perempuan yang tadi digunjingkan dengan ramah, bukan saja membuatkan secangkir teh hangat, tapi juga menghidangkan kue-kue. Setelah berbasa-basi, Ratna kembali bergunjing. Kali mi korbannya adalah teman laki-laki yang tadi diajaknya mengobrol. Dia berkata bahwa laki-laki yang tadi pergi itu, itu bau badannya seperti kerbau yang habis berendam di kubangan. Si teman perempuan itu pun dengan terpaksa mendengar gunjingan Ratna.

Tibalah waktu bekerja. Bukannya berhenti bergunjing, Ratna malah membeberkan aib orang lain di hadapan orang banyak dan menjadikannya bahan tertawaan.

Orang-orang yang dipermalukan hanya bisa diam sambil menahan geram. Mereka tidak kuasa melawan sebab Ratna memang pandai memilih orang-orang yang lemah tak berdaya. Jika ada yang berupaya membela harga dirinya, Ratna akan membalas dengan lebih kasar. Dan sejauh ini, mulut kasarnya terbukti manjur membungkam mereka yang jadi korban.

Orang yang suka menghina sebenarnya manusia yang tak punya rasa percaya diri. Dia menutupi kelemahan dirinya dengan membongkar aib orang lain. Ratna sangat ketakutan bila melihat ada orang mengobrol tanpa mengikutsertakan dirinya. Dia akan mendekat dan ikut nimbrung meski tidak nyambung. Itulah sindrom penggosip, dia malah takut orang lain membicarakan dirinya.

Tidak ada yang suka dengan perilaku Ratna. Beberapa bentrokan sempat terjadi sehingga suasana kantor menjadi tegang. Orang-orang yang tak berdaya melawan terpaksa menyumpah-nyumpah di belakang, padahal doa orang tertindas mungkin saja dikabulkan.

Beberapa teman Ratna melakukan pendekatan berbeda. Dengan baik-baik mereka menanyakan penyebab mengapa Ratna suka menjelek-jelekkan orang. Dan memang dasar Ratna tidak pandai menjaga mulut, dia pun dengan sukarela membuka aib rumah tangganya. Rupanya dia sering dihina suaminya. Tiap kali selesai berhubungan badan, suaminya akan berkata, “Tubuhmu seperti kerbau!”

Entah bercanda atau serius, tapi ucapan pedas itu menoreh luka mendalam di hati Ratna. Dia betul-betul tersakiti, padahal sebagai istri dia telah berupaya memberikan yang terbaik. Jika tubuhnya mulai dijejali lemak di sana-sini, atau mungkin juga mulai bau, bukankah itu sudah menjadi bagian dari hidup berumah tangga? Tidak ada satu pun wanita yang terus awet seperti masih gadis remaja, bukan?

Perasaan terhina dilampiaskan Ratna dengan menghina, mencaci, dan memfitnah orang lain. Itu menjadi pelarian dari masalah yang dialaminya. Ratna tak kuasa melawan suaminya yang keras dan gampang main tangan. Dia melampiaskan rasa kecewa, putus asa, dan tidak percaya dirinya dengan menghancurkan perasaan teman-teman di kantor.

Mungkin cara tersebut dapat memberinya kesenangan, tetapi itu semu dan tidak membahagiakan. Dengan sifatnya, Ratna justru menambah musuh yang dapat membalas dendam kapan saja. Lagi pula, sesungguhnya Ratna juga tidak nyaman dengan perilakunya. Kepalanya sering pusing tiap kali selesai marah-marah atau memfitnah.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) bisa jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) bisa jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujuraat: 11)

"Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yg lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yg sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya." (QS. Al-Hujurat :12)

"Ketika aku dibawa naik (Mi'raj ke langit) ,aku bertemu dengan kaum yg memiliki kuku dari tembaga, mereka mencakari wajah dan dada mereka sendiri. Lalu aku bertanya : "Siapakah mereka itu hai jibril ? jibril menjawab : 'Mereka adalah orang-orang yang suka memakan daging (menggunjing) manusia dan mencemarkan nama baiknya." (HR. Abu Daud)

"Wahai sekian orang yg beriman dengan lidahnya dan hatinya belum di masuki iman, janganlah kalian menggunjing orang-orang muslim dan jangan membuntuti aurat mereka. Karena barang siapa suka membuntuti aurat mereka, maka Allah akan membuntuti auratnya. Dan barang siapa yg di buntuti auratnya oleh Allah, maka Dia akan membeberkannya di dalam rumahnya." (HR-Ahmad)

ketika Aisyah berkata kepada Nabi Muhammad SAW : "Sesungguhnya sofiyah begini begini," (maksudnya tubuhnya pendek), Beliau langsung bersabda : "Sungguh engkau telah mengucapkan kata-kata yg andaikata engkau campur dengan air laut, engkau pasti bisa merusaknya." (HR. Ahmad, Abu Daud,  At-Tirmidzi)