Sahabat semua yang senantiasa dalam naungan kasih sayang Allah SWT, begitu banyak para istri yang menjadi korban arogansi dan egoismenya para suami, ada yang tetap bertahan dengan segala keluhan, ada yang memilih bubaran karena tidak tahan terhadap aniaya yang seringkali diterimanya dalam berbagai bentuk, ada juga yang berani membalas dengan tindakan yang sama-sama menyakitkan, namun ada juga yang ikhlas menerima segala aniaya dan penderitaan demi menggapai RIDHO ALLAH untuk menempa anak-anaknya menghadapi segala bentuk penderitaan hidup juga untuk sebuah HIDAYAH bagi sang suami yang selama ini menganiayanya.
Ia adalah seorang wanita yang saya kenali sangat sabar menghadapi suaminya. Suaminya sangat keras kepadanya, namun ia tak pernah membangkang dan selalu menaatinya. Ia tak pernah mengeluhkan takdir Tuhannya terhadapnya. Ia tetap bersabar dan mengharapkan balasan dari-Nya. Ia selalu melihat anak-anaknya, seakan semua kesabarannya karena Allah adalah untuk mereka.
Lebih dari itu semua, Allah mengujinya dengan sebuah penyakit keras di perutnya. Ia seringkali kesakitan karena penyakit itu, atau kesakitan karena kezaliman sang suaminya berkali-kali.
Begitulah selalu. Hingga akhirnya ia menghadapi sakaratul mautnya. Pada saat itu, salah seorang putrinya membacakan ayat-ayat Kitabullah kepadanya dan ternyata ia justru mewasiatkan kepada anak-anaknya untuk menjaga ayah mereka.
Ya Allah, suami itu selama ini berlaku buruk padanya, namun ia justru bersikap baik kepadanya. Sang suami menzaliminya, namun ia justru mendoakannya. Ia justru mewasiatkan kepada anak-anaknya untuk bersikap baik kepada ayah mereka.
Setelah itu, ia meminta mereka untuk keluar dari kamarnya. Kemudian pandangan matanya mengarah ke langit sembari ia berbaring di pembaringannya. Kemudian ia mengisyaratkan dengan telunjuknya untuk menunjukkan ungkapan tauhidnya kepada Tuhannya. Dan tidak lama kemudian, keringat dingin mulai mengalir di keningnya, dan ia pun menyerahkan ruhnya kepada Sang Penciptanya. Semoga Allah merahmatinya.
Aku menghayati betul kisah ini sendiri. Wanita itu meninggal dengan memberi wasiat kebaikan untuk orang yang selama ini bersikap sangat jahat kepadanya. Dan karena itu, sang suami mendapatkan hidayah dari Allah sepeninggalnya, seumur hidupnya sang suami tidak mampu melupakan semua kebaikan dan kesabaran istrinya, Ia terus mengingat sang istri dan mendoakan dalam setiap ibadahnya.
Wanita penyabar itu meninggal dunia dan keringatnya mengalir di atas keningnya. Itu salah satu tanda akan adanya syafa’at dari Nabi SAW. Ia juga meninggal akibat penyakit di perutnya, sehingga ia seperti yang disebutkan dalam Hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad: “Barang siapa meninggal akibat penyakit perutnya, maka ia mati syahid.”
Dan juga sabdanya Beliau, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Nasa’i dan Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani-: “Barang siapa terbunuh perutnya, maka ia tidak akan disiksa di Alam Penantiannya.”